Minggu, 18 Maret 2018

Ahli gorga batak

Tenaga Ahli Gorga Batak
  Lagi mencari tenaga ahli gorga batak

Terima jasa pengerjaan gorga Batak
   Hub. 0853-6455-5604

Sabtu, 17 Maret 2018

Pengertian gorga Batak

Mengenal Arti, Fungsi dan Nilai Gorga (Ragam Hias) Batak
  Gorga adalah ragam seni hias masyarakat Batak Toba. Gorga itu dapat berupa seni ukir, pahat maupun lukis. Media tempat gorga itu lazim ditemukan dinding rumah, pustaha laklak, sarkofagus (kubur batu) hombung, salapa/ tempat rokok, abalabal/ peti mati dan sebagainya.

Gorga-gorga itu tidak sekadar bernilai estetis belaka, tetapi juga mengandung arti, nilai dan fungsi tertentu.

Misalnya jenis gorga berupa ukiran berbentuk payudara yang biasa ditemukan di dinding-dinding rumah adat Batak Toba. Simbol payudara itu merupakan perlambang kesuburan manusia. Begitu juga dengan ukiran cicak atau dalam bahasa Batak Toba disebut boraspati ni tano. Boraspati ni tano melambangkan kesuburan tanah.

Tidak hanya mengandung nilai-nilai, gorga juga memiliki fungsi-fungsinya sendiri. Misalnya jenis gorga jorngom, singasinga atau ulu paung. Ketiga gorga yang dipahat ini memiliki fungsi untuk menjaga rumah dan penghuninya dari gangguan hantu jahat. Tidak heran bila ketiganya tampak menyeramkan. Begitu juga dengan relief perahu yang merupakan simbol dari kendaraan roh manusia untuk menuju surga.

Gorga juga banyak yang berbentuk/motif tumbuhan. Jenis yang satu biasanya banyak ditemui di hiasan ulos. Antara lain, gunduk pahu (berbentuk pakis), gorga andorandor (sulur), gorga iraniran, iponipon (berbentuk gigi) hotanghotang (berupa rotan).

Kepala Pusat Dokumentasi dan Kajian Budaya Batak Universitas HKBP Nommensen, Manguji Nababan, kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (13/9/2017), menjelaskan, semua gorga itu merupakan kekayaan sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Batak Toba.

“Orang Batak Toba kaya akan gorga. Karena pada dasarnya hal itu bagian dari peradaban mereka. Karena itu bisa dikatakan gorga adalah semiotika simbol peradaban dan filosofi hidup masyarakat Batak Toba,” kata

Selain bernilai estetis, gorga sarat dengaan pesan spritual-magis dan bermakna filosofis yang menjelaskan profil orang Batak Toba terkait pandangan hidup dan cita-citanya. Gorga terutama pada sebuah rumah juga akan menjelaskan status pemilik rumah itu. Akan berbeda jenis gorga pada raja dengan rakyat kebanyakan. Pada rumah seorang raja, gorga itu bisa berupa yang diukiran dipahat maupun lukis. Sedangkan pada rumah orang biasa, gorga itu lebih kepada gorga yang dilukis.

Menurut penelitian, gorga diperkirakan muncul sebelum Islam dan Kristen, yakni setelah orang Batak mengenal struktur pemerintahan dan konsep raja. Diawali dari triwarna; hitam putih dan merah dan juga goresan yang estetis religius yang merupakan narasi kehidupan orang Batak Toba. Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit.

Sedangkan bahan-bahan untuk gorga ini biasanya kayu lunak, yaitu yang mudah dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu ingul.

Kayu ungil ini mempunyai sifat tertentu, yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan terpaan air hujan.

Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan kapal/perahu di Danau Toba. Namun dewasa ini, seni gorga sudah menggunakan medium lain, yakni berbahan campuran semen sebagai bahan dasarnya.

Kurang Diapresiasi

Sekarang ini seni gorga telah diajarkan di kampus-kampus. Terutama di jurusan seni rupa Unimed. Mahasiswa-mahasiswa seni rupa itu banyak yang mempelajari kembali gorga dan menuangkannya dalam berbagai medium. Baik lukis, pahat maupun ukir. Meski terampil dalam mencipta, namun seringkali persoalan pemahaman terhadap gorga masih menjadi kendala.

“Kawan-kawan anak seni rupa di Unimed banyak yang bisa membuat ulu paung, tapi belum tentu mereka tahu arti dan fungsinya,” jelas alumnus seni rupa Unimed, Adi Damanik.

Hal itu membuat kesenian ini tidak utuh dan sering sekadar bentuk saja.

Seni gorga, menurut Adi, sangat disukai oleh mahasiswa. Salah satunya karena ia dianggap trend seni rupa dari Sumatera Utara. Sehingga secara market seni gorga sudah memiliki pasarnya sendiri.

Adi mengaku beberapa kali ia dan teman-temannya diminta untuk menggorga sebuah rumah. Sayangnya apresiasi terhadapnya masih sangat rendah. Terutama dari sisi ekonomi.

“Mungkin itu jugalah yang membuat kawan-kawan seni rupa tidak total menekuni seni gorga itu. Kesannya, mereka sekadar bisa membuat, tetapi tidak terlalu perduli dengan nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya,”

Jenis jenis gorga Batak

Menurut cara pengerjaannya ada 2 jenis

Gorga Uhir
    yaitu Gorga yang dipahatkan dengan memakai alat pahat dan setelah siap dipahat baru diwarnai
Gorga Dais yaitu Gorga yang dilukiskan dengan cat warna tiga bolit. Gorga dais ini merupakan pelengkap pada rumah adat Batak Toba. Yang terdapat pada bahagian samping rumah, dan di bahagian dalam.
Menurut bentuknya Sunting
Dilihat dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya tersendiri yaitu:

Gorga Ipon-Ipon : terdapat dibahagian tepi dari Gorga; iponipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.

Gorga Sitompi : Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.

Gorga Simataniari (Matahari) : Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.

Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin) : Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.

Gorga Si Marogungogung (Gong) : Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.

Gorga Singa-Singa : Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak

Gorga Jorgom : Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.

Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Buah Dada : Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.

Gorga Ulu Paung : Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.
Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian muka dari rumah Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si pemilik rumah. Seperti gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau. Gambar Manukmanuk (burung) dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Jasa Pengerjaan Gorga Batak

Kami menerima jasa pengerjaan Gorga Batak Melayani ke Seluruh daerah atau seluruh Kota Indonesia Dengan harga nego disesuaikan lokasi pengerkaan Hubungi kami. Terima jasa pengerjaan gorga Batak Hub. 0853-6455-5604